Bomuh Dayak Pandu, Desa Embala, Sanggau

Penulis: Pilia Patrisia

Sebelum mengadakan tradisi kegiatan Gawai yang diadakan setiap tahun di kampung Nala, Dusun Nala, Desa Embala, Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau. Suku Dayak Pandu akan melakukan kegiatan bomuh atau berladang dengan berbagai jenis benih yang ditanam, tradisi ini dilakukan secara turun temurun. Benih yang biasa ditanam yaitu benih padi sekadau, benih poloma (pulut) besar dan kecil, benih padi sayap dan masih banyak lagi.

          Proses berladang ini dimulai dari membuka lahan dengan cara menebang beberapa pohon, menebas rumput dan ilalang, setelah proses itu dilakukan dilanjutkan dengan membakarnya, setelahnya dilanjutkan dengan mengumpulkan sisa-sisa kayu yang berukuran kecil yang tidak habis dimakan api. Setelah itu, tunggu beberapa minggu akan dilakukan proses tomurok atau nugal atau menanam padi. Setelah proses menanam padi ini selesai tunggu beberapa bulan atau minggu ketika padi sudah tumbuh akan dilakukan proses mencabut atau menebas rumput atau menyemprot rumput dan hama pada tanaman padi disertai dengan pemberian pupuk.

          Setelah padi tumbuh tinggi akan dilakukan proses panen padi atau dalam bahasa Dayak panu itu namanya ngotup podi, yang proses panennya itu dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan ketam atau ani-ani atau pisau kecil pemotong padi dengan diberi wadah juah atau jarai tas untuk mengangkut padi atau barang lain yang bisa digunakan. Setelah panen padi berhasil maka Suku Dayak Pandu akan mengadakan Gawai Dayak.

          Pada proses membuat ladang pada kelompok Dayak Pandu akan melakukan kegiatan pongerih yang artinya adalah kegiatan berladang yang dilakukan secara bergantian yang misalkan hari ini berladang ke ladang Dini, besoknya berladang ke ladangnya matius, seperti itu seterusnya. Kegiatan pongerih ini merupakan kegiatan bergotong royong untuk saling membantu dalam melakukan kegiatan berladang.

          Ada pun alat yang digunakan masyarakat Dayak Pandu untuk proses berladang, ada yang namanya jarai dan Juah itu merupakan tas tradisional suku Dayak yang digunakan untuk mengangkut padi, ada bai atau parang. Turok atau tugal adalah alat untuk menanam padi yang terbuat dari kayu, arit dan alat ketam padi atau ani-ani yang merupakan pengguntung padi tradisional yang biasa digunakan untuk memanen padi, sronsro’k atau tanggui merupakan topi tradisional dari anyaman daun ladang. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *